Sunday 24 February 2013

TBM Pertama-Ku “Lentera”


14 Februari 2013, merupakan bagian dari sejarah Rak Buku Indonesia (RBI). Pada tanggal tersebut Rak Buku Indonesia mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) yang pertama . Desa Tapingwinarno kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal-Jawa Tengah merupakan tempat TBM pertama yang didirikan RBI. TBM tersebut didirikan atas kerjasama dengan mahasiswa KKN Universitas Diponegoro dan desa Tapingwinarno, dengan berbagai proses persiapan akhirnya tepat pada hari kasih sayang (14 februari) TBM tersebut diresmikan oleh Bpk.Anung D selaku perwakilan dari kecamatan Sukorejo serta hadir pula Bpk Bambang Pritanto selaku perwakilan dari UPTD Pendidikan Kecamatan Sukorejo, dan masyarakat desa setempat.
“Lentera” merupakan nama yang diberikan untuk TBM tersebut. ‘Nama Lentera diambil karena harapanya TBM ini dapat menjadi penyinar bagi masyarakan desa Tapingwinarno’, ujar kepala desa Tapingwinarno saat memberikan Sambutan di acara peresmian TBM Lentera. Tersedia 518 eksemplar buku yang terdapat di TBM Lentera yang terdiri dari buku-buku pelajaran dan buku non pelajaran yang merupakan hasil donasi dari Rak Buku Indonesia. Selain memberikan donasi Buku, RBI juga memberikan penguatan TBM, penguatan tersebut berupa pendampingan selama 2 tahun yang nantinya selama 2 tahun tersebut TBM tersebut diarahkan dan dievaluasi keaktivan dari TBMnya.
 ‘Pendirian Taman Baca Masyarakat merupakan program pemerintah di bawah Dinas Pendidikan melalui program PNF (pendidikan non formal)’ ujar Bpk. Bambang Pritanto (Perwakilan UPTD Pendidikan Kecamatan Sukorejo) saat Talkshow pendirian TBM Lentera. Beliau juga menambahkan ‘dengan sudah adanya TMB di desa Tapingwinarno, kami dari UPTD Pendidikan dapat bersinergis untuk mengoptimalkan TBM tersebut semisal kami dapat memberikan penambahan buku bacaan, dll’.
Tujuan dari pendirian Taman Baca Masyarakat yang didirikan oleh Rak Buku Indonesia adalah selain untuk memberikan ketersediaan buku bacaan yang sangat sulit didapatkan oleh anak-anak didaerah pedalaman, RBI juga mengajak peran aktif masyarakat untuk terlibat dalam pengolahan TBM. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Anton Maulana selaku Koordinator dari Rak Buku Indonesia saat menyampaikan materinya di acara Talkshow peresmian TBM Lentera, ‘bahwasanya diperlukan peran aktif masyarakat untuk dapat menjaga TBM ini, agar harapanya TBM ini menjadi sarana keterbutuhan anak-anak dengan buku bacaan’. Beliau juga mengajak masyarakat desa Tapingwinarno untuk dapat memberikan sumbangsihnya untuk TBM Lentera, dengan program Sedekah Buku yang dilakukan oleh RBI masyarakat juga dapat memberikan sumbangan buku yang nantinya buku tersebut akan disimpan di TBM lentera, yang harapannya kebermanfaatannya juga dapat di rasakan oleh masyarakat desa Tapingwinarno.
Ucapan terimakasih juga RBI sampaikan kepada Tim KKN Undip  dan Pemerintah desa Tapingwinarno, serta tidak lupa para donasi yang sudah dengan ikhlas memberikan buku-bukunya lewat RBI yang nantinya didistribusikan ke seluruh pelosok negeri melalui Jaringan Taman Baca Masyarakat. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak dan menjadikan ini semua sebagai amal ibadah..amien. 

Saturday 9 February 2013

Fakta Minat Baca di Indonesia

     Informasi seperti ini tidak hanya satu atau dua kali aja diedarkan di internet. Fakta tentang minat baca di Indonesia yang begitu rendah, bahkan kalah jauh dari Singapura atau Malaysia yang jumlah penduduk lebih sedikit, bahkan luas wilayahnya jauh lebih kecil.
    Faktanya, penduduk Indonesia lebih banyak mencari informasi dari televisi dan radio ketimbang buku atau media baca lainnya. Laporan bank Dunia no.16369-IND (Education in Indonesi from Crisis to recovery) menyebutkan bahwa tingkat membaca usia kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia hanya mampu meraih skor 51,7 di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1) dan Singapura (74,0).
    Data Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang menjadikan baca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9% dan mendengarkan radio 40,3%.
    Fakta diatas tentu memprihatinkan, mengingat budaya membaca sangat erat kaitannya dengan kultur sebuah generasi. Jika generasi sekarang memiliki minat baca rendah, bukankah sulit mengharapkan mereka menjadi teladan bagi anak cucunya dalam membudayakan membaca?
    Ada apa ini, baca SMS ya, tapi baca buku…cape dech!!!. Padahal kalo kita pikir, Negara kita tak miskin-miskin amat untuk menyediakan buku atau bahan bacaan ke berbagai pelosok negeri ini. Nyatanya, Indonesia memiliki banyak penerbit, penulis, ilmuan, peneliti, dan toko-toko buku dari kelas atas sampe kelas bawah. Tetapi, tetap saja masyarakat kita menganggap buku itu adalah makanan yang mahal, dan ga penting untuk dibaca. Masyarakat kita, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampe orang tua enggan untuk membaca apalagi menulis. Sejak dahulu, bangsa kita sudah mewarisi budaya lisan dari pada pada budaya literer. Alasan lebih praktis dan mudahlah yang membuat masyarakat kita mudah percaya dan dibodohi. Tidak sekedar omong kosong, mari kita lihat beberapa fakta mengenai minat baca masyarakat kita yang rendah:
  1. Hasil survey Unesco menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan minat baca masyarakat paling rendah di Asean. Peningkatan minat baca masyarakat akan mempercepat kemajuan bangsa Indonesia, karena tidak ada negara yang maju tanpa buku, kata panitia pameran Tri Bintoro di Solo (Republika, Rabu (26/1)
  2. Berdasarkan  studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan,” ujar Ketua Center for Social Marketing (CSM), Yanti Sugarda di Jakarta, Rabu (7/7).
  3. Penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek huruf pada 2002 menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009.
  4. Berdasarkan data CSM, yang lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.
  5. Kompas (Kamis, 18 Juni 2009) Budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD), kata Kepala Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini. Saat berbicara dalam seminar “Libraries and Democracy”  digelar Perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya bersama Goethe-Institut Indonesien dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) di Surabaya, Rabu, dia mengatakan, OECD juga mencatat 34,5 persen masyarakat Indonesia masih buta huruf.
Jika Dirjen Pajak mengatakan, “Ga Bayar Pajak apa Kata Dunia…? ”maka Kita bisa mengatakan ”Ga Baca Buku apa Kata Orang Tua..ya pastilah akan bodoh”

Sumber : http://sahabatguru.wordpress.com/2012/08/29/fakta-minat-baca-di-indonesia/