Saturday 21 September 2013

Ini tentang TBM (Taman Baca Masyarakat)

Peringkat Pendidikan Indonesia mungkin jika di bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura masih tertinggal, apalagi dengan semangat membaca warga negaranya. Pantaslah kalau sampai hari ini bangsa kita masih dikategorikan sebagai bangsa yang berkembang. Dilihat dari banyaknya buku yang diterbitkan pada tahun 2012 Indonesia hanya menerbitkan buku sekitar 18.000 judul buku, jumlah itu  masih jauh dari Negara Jepang yang mampu menerbitkan 40.000 judul buku dan Cina yang mampu menerbitkan 140.000 judul buku (www.edukasi.kompas.com).
Jika dilihat dari jumlah buku yang diterbitkan di Indonesia, pantaslah jika pemerataan ketersediaan buku bacaan belum bisa dilakukan dengan optimal. Padahal di Undang-Undang No.43 tahun 2007 menjelaskan bagaimana kewajiban Pemerintah menyediakan fasilitas perpustakaan untuk setiap daerah di pelosok ibu pertiwi. Ketersediaan buku sebagai bahan bacaan merupakan bagian dari proses bagaimana meningkatkan mutu pendidikan negeri ini.
Kenapa Harus Membaca...
Yaa... Membaca merupakan gerbang awal untuk mendapatkan banyak informasi dari sebuah bacaan. Hal ini juga di tegaskan pada surat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Surat Al-Alaq ayat 1-5) yang perintahnya menganjurkan kepada umat islam untuk membaca. Kalau dilihat dari makna surat yang pertama diturunkan berarti membaca merupakan hal yang sangat mendasar bagi setiap umat untuk mendapatkan informasi/ilmu. Melihat dari sejarah, banyak  orang-orang besar lahir dari kegemaranya membaca, seperti: Hasan Albana, Soekarno, Hatta, Abraham Lincont, Syahrir, dll mereka semua lahir menjadi besar berkat apa yang mereka baca. Jadi sangat diharuskan bahwa budaya membaca tidak akan hilang karena kemajun jaman. Oleh karena itu budaya membaca harus dimulai dari lingkugan sekitar, seperti contoh: membiasakan seorang Ayah untuk membaca koran di pagi hari hal ini memberikan dampak yang positif bagi putra-putrinya untuk ikut serta mencontoh apa yang dilakukan ayahnya.

Kenapa Harus TBM (Taman Baca Masyarakat) 
                Bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotan ketersedian buku mungkin tidak akan menjadi
 permasalahan. Karena banyak tersedia toko-toko buku bacaan , walaupun itu juga harus dengan mengeluarkan biaya untuk membeli buku bacaan. Namun bagaimana dengan masyarakat yang tinggal didaerah-daerah, perlu adanya sarana yang menfasilitasi kebutuhan buku bacaan bagi mereka. TBM (Taman Baca Masyarakat) bisa menjadi salah satu jawaban untuk menjawab permasalahan tersebut. Dengan menggandeng masyarakat sekitar harapannya masalah kurangnya ketersediaan buku bacaan dapat diminimalkan bahkan dihilangkan.

Siapa Rak Buku Indonesia..???
Rak Buku Indonesia (RBI) memang bukan siapa-siapa, ini hanya inisiator yang mengajak masyarakat luas untuk dapat melihat ternyata masalah pendidikan terutama tentang kurangnya bahan bacaan bukan hanya menjadi beban pemerintah. RBI hanya ingin mengajak masyarakat untuk dapat terlibat bersama menyelesaikan masalah ini, serta RBI mencoba mengkampanyekan kembali budaya gemar membaca bagi anak-anak. RBI mengkampanyekan masyarakat terutama orang tua untuk dapat “Mematikan 2 Jam Siaran Televisi  Pada Jam 19.00 s/d 21.00”. Harapanya 2 jam tersebut dapat digunakan bagi seluruh anggota keluarga untuk dapat menambah wawasan dengan membaca berbagai hal buku bacaan.
Cita-cita besar ini harapannya menjadi sebuah semangat RBI untuk dapat memberikan virus semangat kepada masyarakat luas bahwa masalah di dunia pendidikan terutama tentang sumakin hilangnya budaya membaca serta kurangnya ketersediaan bahan bacaan di masyarakat, karena kita tidak mau lagi melihat:
Ada siswa SD yang bunuh diri gara-gara tidak bias bayar SPP.
Berita tentang SD yang ambruk karena dana pembangunannya di korupsi.
Anak-Anak di pedalaman NTT, Kalimantan, Irian sulit mendapatkan buku bacaan.
Dan sebagainya…

Masalah di atas bukan hanya kita bebankan kepada pemerintah, Itu menjadi beban bersama. Yaa… Beban untuk menjadikan bangsa ini semakin Mandiri dari jajahan bangsa asing, agar bangsa ini semakin cerdas Manusianya. Semoga bangsa ini akan menuju ke Kesejahteraan yang Hakiki.

“Semoga Indonesia Tersenyum Lewat Membaca”

Anton Maulana
(Koordinator Komunitas Rak Buku Indonesia)

                                                                                                                                                                                                                

Sunday 24 February 2013

TBM Pertama-Ku “Lentera”


14 Februari 2013, merupakan bagian dari sejarah Rak Buku Indonesia (RBI). Pada tanggal tersebut Rak Buku Indonesia mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) yang pertama . Desa Tapingwinarno kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal-Jawa Tengah merupakan tempat TBM pertama yang didirikan RBI. TBM tersebut didirikan atas kerjasama dengan mahasiswa KKN Universitas Diponegoro dan desa Tapingwinarno, dengan berbagai proses persiapan akhirnya tepat pada hari kasih sayang (14 februari) TBM tersebut diresmikan oleh Bpk.Anung D selaku perwakilan dari kecamatan Sukorejo serta hadir pula Bpk Bambang Pritanto selaku perwakilan dari UPTD Pendidikan Kecamatan Sukorejo, dan masyarakat desa setempat.
“Lentera” merupakan nama yang diberikan untuk TBM tersebut. ‘Nama Lentera diambil karena harapanya TBM ini dapat menjadi penyinar bagi masyarakan desa Tapingwinarno’, ujar kepala desa Tapingwinarno saat memberikan Sambutan di acara peresmian TBM Lentera. Tersedia 518 eksemplar buku yang terdapat di TBM Lentera yang terdiri dari buku-buku pelajaran dan buku non pelajaran yang merupakan hasil donasi dari Rak Buku Indonesia. Selain memberikan donasi Buku, RBI juga memberikan penguatan TBM, penguatan tersebut berupa pendampingan selama 2 tahun yang nantinya selama 2 tahun tersebut TBM tersebut diarahkan dan dievaluasi keaktivan dari TBMnya.
 ‘Pendirian Taman Baca Masyarakat merupakan program pemerintah di bawah Dinas Pendidikan melalui program PNF (pendidikan non formal)’ ujar Bpk. Bambang Pritanto (Perwakilan UPTD Pendidikan Kecamatan Sukorejo) saat Talkshow pendirian TBM Lentera. Beliau juga menambahkan ‘dengan sudah adanya TMB di desa Tapingwinarno, kami dari UPTD Pendidikan dapat bersinergis untuk mengoptimalkan TBM tersebut semisal kami dapat memberikan penambahan buku bacaan, dll’.
Tujuan dari pendirian Taman Baca Masyarakat yang didirikan oleh Rak Buku Indonesia adalah selain untuk memberikan ketersediaan buku bacaan yang sangat sulit didapatkan oleh anak-anak didaerah pedalaman, RBI juga mengajak peran aktif masyarakat untuk terlibat dalam pengolahan TBM. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Anton Maulana selaku Koordinator dari Rak Buku Indonesia saat menyampaikan materinya di acara Talkshow peresmian TBM Lentera, ‘bahwasanya diperlukan peran aktif masyarakat untuk dapat menjaga TBM ini, agar harapanya TBM ini menjadi sarana keterbutuhan anak-anak dengan buku bacaan’. Beliau juga mengajak masyarakat desa Tapingwinarno untuk dapat memberikan sumbangsihnya untuk TBM Lentera, dengan program Sedekah Buku yang dilakukan oleh RBI masyarakat juga dapat memberikan sumbangan buku yang nantinya buku tersebut akan disimpan di TBM lentera, yang harapannya kebermanfaatannya juga dapat di rasakan oleh masyarakat desa Tapingwinarno.
Ucapan terimakasih juga RBI sampaikan kepada Tim KKN Undip  dan Pemerintah desa Tapingwinarno, serta tidak lupa para donasi yang sudah dengan ikhlas memberikan buku-bukunya lewat RBI yang nantinya didistribusikan ke seluruh pelosok negeri melalui Jaringan Taman Baca Masyarakat. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak dan menjadikan ini semua sebagai amal ibadah..amien. 

Saturday 9 February 2013

Fakta Minat Baca di Indonesia

     Informasi seperti ini tidak hanya satu atau dua kali aja diedarkan di internet. Fakta tentang minat baca di Indonesia yang begitu rendah, bahkan kalah jauh dari Singapura atau Malaysia yang jumlah penduduk lebih sedikit, bahkan luas wilayahnya jauh lebih kecil.
    Faktanya, penduduk Indonesia lebih banyak mencari informasi dari televisi dan radio ketimbang buku atau media baca lainnya. Laporan bank Dunia no.16369-IND (Education in Indonesi from Crisis to recovery) menyebutkan bahwa tingkat membaca usia kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia hanya mampu meraih skor 51,7 di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1) dan Singapura (74,0).
    Data Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang menjadikan baca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9% dan mendengarkan radio 40,3%.
    Fakta diatas tentu memprihatinkan, mengingat budaya membaca sangat erat kaitannya dengan kultur sebuah generasi. Jika generasi sekarang memiliki minat baca rendah, bukankah sulit mengharapkan mereka menjadi teladan bagi anak cucunya dalam membudayakan membaca?
    Ada apa ini, baca SMS ya, tapi baca buku…cape dech!!!. Padahal kalo kita pikir, Negara kita tak miskin-miskin amat untuk menyediakan buku atau bahan bacaan ke berbagai pelosok negeri ini. Nyatanya, Indonesia memiliki banyak penerbit, penulis, ilmuan, peneliti, dan toko-toko buku dari kelas atas sampe kelas bawah. Tetapi, tetap saja masyarakat kita menganggap buku itu adalah makanan yang mahal, dan ga penting untuk dibaca. Masyarakat kita, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampe orang tua enggan untuk membaca apalagi menulis. Sejak dahulu, bangsa kita sudah mewarisi budaya lisan dari pada pada budaya literer. Alasan lebih praktis dan mudahlah yang membuat masyarakat kita mudah percaya dan dibodohi. Tidak sekedar omong kosong, mari kita lihat beberapa fakta mengenai minat baca masyarakat kita yang rendah:
  1. Hasil survey Unesco menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan minat baca masyarakat paling rendah di Asean. Peningkatan minat baca masyarakat akan mempercepat kemajuan bangsa Indonesia, karena tidak ada negara yang maju tanpa buku, kata panitia pameran Tri Bintoro di Solo (Republika, Rabu (26/1)
  2. Berdasarkan  studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan,” ujar Ketua Center for Social Marketing (CSM), Yanti Sugarda di Jakarta, Rabu (7/7).
  3. Penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek huruf pada 2002 menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009.
  4. Berdasarkan data CSM, yang lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.
  5. Kompas (Kamis, 18 Juni 2009) Budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD), kata Kepala Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini. Saat berbicara dalam seminar “Libraries and Democracy”  digelar Perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya bersama Goethe-Institut Indonesien dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) di Surabaya, Rabu, dia mengatakan, OECD juga mencatat 34,5 persen masyarakat Indonesia masih buta huruf.
Jika Dirjen Pajak mengatakan, “Ga Bayar Pajak apa Kata Dunia…? ”maka Kita bisa mengatakan ”Ga Baca Buku apa Kata Orang Tua..ya pastilah akan bodoh”

Sumber : http://sahabatguru.wordpress.com/2012/08/29/fakta-minat-baca-di-indonesia/